Tokoh Filsafat Modern Rene Descartes
"aku berpikir maka
aku ada"
BAB I
PENDAHULUAN
Rene Descartes disebut sebagai Bapak aliran filsafat
pada zaman modern. Disamping seorang tokoh rasionalime, Descartes pun merupakan
seorang filsuf yang ajaran filsafatnya sangat populer, kerna pndangannya yang
tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada akal atau rasio
manusia. Rene Descartes seorang filsuf yang tidak puas dengan filsafat
Skolastik yang pandangan-pandangannya saling bertentangan, dan tidak ada
kepastian disebabkan oleh miskinya metode berfikir yang tepat. Descartes
mengemukakan metode baru yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap
segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu, jelas ia sedang berfikir. Sebab, yang
sedang berfikir itu tentu ada dan jelas terang-benderang.Cogito ergo
sum (saya berfikir, maka saya ada).
Rasio merupakan sumber
kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang paa kebenaran. Yang
benar hanyalah tindakan akal yang terang benderangyang disebutnya Ideas
Claires el Distinces (pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah).
Idea terang benderang ini pemberian tuhan sebelum orang dilahirkan (ida
inate : ide bawaan). Sebagai pemberian Tuhan, maka tak mungkin tak
benar.
Kerasionalan dalam
berfikir Descartes membuat saya tertarik untuk mengkaji tokoh ini (Descartes).
Begitu juga tentang metode cara menemukan kepastian yag ia kemukakan dalam
ungkapan Cogito rgo sum ( saya berfikir, maka saya ada).
Selain itu juga tentang pendapat Descares yang mengatakan bahwa roh pada jiwa
pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang
asasi benda adalah keluasan.
Makalah ini akan
membahas beberapa pokok masalah yang terkandung di dalamnya. Diantaranya adalah
biografi dari Rene Descrtes itu sendiri. Dari kelahiranya, riwayat
pendidikannya, dan kondisi keluarganya, serta karya-karya monumental dari Rene
Descartes itu sendiri. Kemudian pokok-pokok pemikiran beliau serta metode dan
pendekatan apa yang ia pakai dalam pemikirannya tersebut. Makalah ini juga
membahas tentang analisa tokoh mulai dari dukungan atas tokoh, kritik atas
pemikiran tokoh, serta analisa penulis sendiri mengenai Decartes sendiri.
Pembahasan berikutnya adalah mengenai epistemologi atau cara memperoleh
pengetahuan yang ditawarkan Descartes dan begitu juga ontologi Descartes.
Menenai makalah tujuan
dari makalah ini dibuat adalah yang petama kali merupakan sebagai tugas akhir
semester dari mata kuliah Filsafat Ilmu dan Logika. Untuk seterusnya penulis
mengharapkan dengan terselesaikannya makalah ini, pembaca dapat mengetahui
lebih dalam siapa itu Rene Descartes, apa saja pemikirannya, epistemologi
Decartes dalam mencari kepastian , juga ontologi Descartes.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi
Rene Descartes lahir di kota La Haye Totiraine,
Perancis pada tanggal 31 Maret tahun 1596 M. Dalam literatur
berbahasa latin dia dikenal dengan Renatus Cartesius. Rene Descartes selain
merupakan seorang filosof, dia juga seorang matematikawan Perancis. Beliau
meninggal pada tanggal 11 februari 1650 M di Swedia di usia 54 tahun.
Kemudian jenazahnya dipindah ke Perancis pada tahun 1667
M dan tengkoraknya disimpan di Museum D’historie Naturelle di Paris.
Rene Descartes dikenal
sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertnand Russel, memang benar. Gelar itu
diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern yang
membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan
oleh pengetahuan rasional. Dialah orang pertama pada akhir abad pertengahan
yang menyusun argumentasi yang kuat yang dictinct, yang
menyimpulkan bahwa dasar filsafat adalah akal, bukan perasaan, bukan iman,
bukan ayat, serta bukan yang lainnya.
Corak pemikiran yang
rasional merupakan sebuah kontribusi pemikiran yang ia berikan kepada dunia.
Selain itu, ada beberapa kontribusi berupa karya-karya buku. Karya-karyanya
yang terpenting dalam bidang filsafat murni dintaranya Dicours de la
Methode (1637) yang menguraikan tentang metode. Selain itu juga
ada Meditations de Prima Philosophia (1642), sebuah buku yang
menguraikan tentang meditasi-meditasi tentang filsafat pertama. Di dalam kedua
buku inilah Descartes menuangan metodenya yang terknal itu, metode Cogito
ero sum, metode keraguan Descartes.
Rene Descates
merupakan anak ketiga dari seorang anggota Parlemen Inggris yang memiliki tanah
yang cukup luas. Ketika beliau mewarisinya setelah ayahnya meninggal, beliau
menjual tanah warian tersebut dan menginvestasikan uangnya dengan pendapatan
enam atau tujuh ribu franc per tahun. Pada tahun 1612 M, beliau pidah ke
Perancis. Beliau merupakan orang yang taat mengerjakan ibadah menurut ajaran
Katholik, tetapi beliau juga menganut bid’ah-bid’ah Galileo yang pada waktu itu
masih ditentang oleh tokoh-tokoh gereja. Terbukti dalam bukunya La
Monde yang mana beliau memaparkan di dalamnya dua pemikiran bid’ah :
Rotasi bumi dan keterhinggaan alam semesta. Dari tahun 1629 M sampai 1649 M,
beliau menetap di Belanda.
Pendidikan pertama
Descartes diperoleh dari College Des Jesuites La Fleche dari tahun 1604 – 1612
M. Beliau memperoleh pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin dan Yunani,
bahasa Perancis, musik dan akting. Disamping beliau juga belajar tentang
filsafat, matematika, fisika, dan logika. Bahkan, beliau mendapat pengetahuan
tentang logika Aristoteles, etika Nichomacus, astronomi, dan ajaran metafisika
dari filsafat Thomas Aquinas. Dalam pendidikannya Descartes merasakan beberapa
kebingungan dalam memahami berbagai aliran dalam filafat yang saling
berlawanan.
Pada tahun 1612 M,
Descartes pergi ke Paris dan di sana beliau mendapatkan kehidupan sosial yang
menjemukan yang akhirnya beliau mengasingkan diri ke Faobourg Sain German untuk
mengerjakan ilmu ukur. Kemudian pada tahun 1617 M, Descartes masuk ke dalam
tentara Belanda. Selama dua tahun, beliau mengalami suasana damai
dan tentram di negeri kincir angin ini, sehingga beliau dapat menjalani
renungan fisafatnya. Pada tahun 1619 M, Descartes bergabung dengan tentata
Bavaria. Selama musim dingin antara tahun 1619 – 1620 M, di kota ini, beliau
mendapatkan pengalaman, yang kemudian dituangkan dalam buku pertamanya Discours
de la Methode. Salah satu pengalaman yang unik adalah tentang mimpi
yang dialami sebanyak tiga kali dalam satu malam, yang dilukiskan oleh sebagian
penulis bagaikan ilham dari Tuhan.
Pada tahun 1621 M,
Descartes berhenti dari medan perang dan setelah berkelana ke Italia, lalu
beliau menetap di Paris (1625 M.). Tiga tahun kemudian, beliu kembali masuk
tentara, tetapi tidak lama beliau keluar lagi. Dan akhirnya beliau memutuskan
untuk menetap di Belanda. Di sinilah Descartes menetap selama 20 tahun (1629 –
1649 M.) dalam iklim kebebasan berfikir. Di negeri sinilah beliau dengan
leluasa menyusun karya-karyanya di bidang ilmu dan filsafat.
Descartes menghabiskan
masa hidupnya di Swedia tatkala beliau memenuhi undangan Ratu Christine yang
menginginkan pelajaan-pelajaran dari Descartes. Salah satunya Ratu Christine
ingin mempelajari filsafat Decartes. Pelajaran-pelajaran yang diharusakn
diajarkan setiap jam lima pagi menyebabkan Descartes jatuh sakit radang
paru-paru yang menjemput ajalnya pada tahun 1650 M, sebelum sempat beliau
menikah. Tetapi Descartes mempunyai seorang anak perempuan kandung yang
meninggal pada umur lima tahun; ini, katanya, merupakan kesedihan yang paling
mendalam selama hidupnya.
B. Metode dan Pendekatan
Pemikiran Descartes
Dalam pemikiran
Descartes Cogito Ergo Sum yang berarti aku berfikir maka aku
ada, beliau menggunakan metode analistis kristis melalui keraguan (skeptis)
dengan penyangsian. Yaitu dengan menyangsikan atau meragukan segala apa yang
bisa diragukan. Descartes sendiri menyebutnya metode analitis.
Descartes juga menegaskan metode lain: empirisme rasionil. Metode itu
mengintregasikan segala keuntungan dari logika, analisa geometris, dan aljabar.
Yang di maksud analisa geometris adalah ilmu yang menyatukan semua disiplin
ilmu yang dikumpulkan dalam nama “ilmu pasti”.
Mengenai pendekatan
yang digunakan Descartes dalam menganalisa pemikirannya, sudah kelihatan jelas
bahwa beliau menggunakan pendekatan filsafat yang mana menganut paham
rasionalisme yang sangat mengedepankan akal.
Dapat dipahami
bahwasanya Rene Descartes dalam “Cogito Ergo Sum”nya menggunakan metode
analitis tentang penyangsian dan dengan menggunakan pendekatan filsafat yang
rasional.
C. Pokok-Pokok Pemikiran
1. Cogito ergo sum
Cogito Ergo Sum atau yang lebih
dikenal dengan “aku berfikir maka aku ada” merupakan sebuah pemikiran yang ia
hasilkan melalui sebuah meditasi keraguan yang mana pada awalnya
Descartes digelisahkan oleh ketidakpastian pemikiran Skolastik dalam
menghadapi hasil-hasil ilmu positif renaissance. Oleh karena
itu untuk memperoleh kebenaran pasti Descartes memepunyai metode sendiri. Itu
terjadi karena Descartes berpendapat bahwa dalam mempelajari filsafat
diperlukan metode tersendiri agar hasil-hasilnya benar-benar logis.
Cogito dimulai dari metode
penyangsian. Metode penyangsian ini dijalankan seradikal mungkin. Oleh
karenanya kesangsian ini harus meliputi seluruh pengetahuan yang dimiliki,
termasuk juga kebenaran-kebenaran yang sampai kini dianggap pasti (misalnya
bahwa ada suatu dunia material, bahwa saya mempunyai tubuh, bahwa tuhan ada). Kalau
terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kasangsian yang radikal itu, maka
itulah kebenaran yang sama sekali pasti dan harus dijadikan fundamen bagi
seluruh ilmu pengetahuan. Dan Descartes tidak dapat meragukan bahwa ia sedang
berfikir. Maka, Cogito ergo sum: saya yang sedang menyangsikan,ada.
Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal, betapa pun besar usahaku.
Apa sebab kebenaran
ini bersifat sama sekali pasti? Karena saya mengerti itu dengan jelas dan
terpilah-pilah (Inggris: clearly and distinctly). Jadi, hanya yang
saya mengerti dengan jelas dan terpilah-pilah harus diterima sebagai benar.
Itulah norma untuk menentukan kebenaran.
2. Ide-ide bawaan
Karena kesaksian apa
pun dari luar tidak dapar dipercayai, maka menurut Descartes saya mesti mencari
kebenaran-kebenaran dalam diri saya dangan menggunakan norma tadi. Kalau metode
dilangsungkan demikian,apakah hasilnya? Descartes berpendapat bahwa dalam diri
saya terutama dapat ditemukan tiga “ide bawaan” (Inggris: innate ideas). Ketiga
ini yang sudah ada dalam diri saya sejak saya lahir msing-masing ialah pemikiran,
Tuhan, dan keluasan.
a. Pemikiran
Sebab saya memahami
diri saya sebagai makhluk yang berfikir, harus diterima juga bahwa pemikiran
merupakan hakikat saya.
b. Tuhan sebagai wujud
yang sama sekali sempurna
Karena
saya mempunyai ide sempurna, mesti ada suatu penyebab sempuna untuk
ide itu karena akibat tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu
tidak lain daripada Tuhan.
c. Keluasan
Materi sebagai
keluasan atau ekstensi ( extension ), sebagaimana hal itu
dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.
3. Substansi
Descartes menyimpulkan
bahwa selain Tuhan, ada dua subtansi:Pertama, jiwa yang hakikatnya
adalah pemikiran. Kedua, materi yang hakikatny adalah
keluasan. Akan tetapi, karena Descartes telah menyangsikan adanya dunia di luar
aku, ia mengalami banyak kesulitan untuk memebuktikan keberadaannya. Bagi
Descartes, satu-satunya alasan untuk menerima adanya dunia materiil ialah bahwa
Tuhan akan menipu saya kalau sekiranya ia memberi saya ide keluasan, sedangkan
di luar tidak ada sesuatu pun yang sesuai dengannya. Dengan dmikian, keberadaan
yang sempurna yang ada di luar saya tidak akan menemui saya, artinya ada dunia
materiil lain yang keberadaannya tidak diragukan, bahkan sempurna.
4. Manusia
Descartes memandang manusia sebagai makhluk dualitas.
Manusia terdiri dari dua substansi: jiwa dan tubuh. Jiwa adalah pemikiran dan
tubuh adalah keluasan. Sebenarnya, tubuh tidak lain dari suatu mesin yang
dijalankan oleh jiwa. Karena setiap substansi yang satu sama sekali terpisah
dari substansi yang lain, sudah nyata bahwa Descartes menganut suatu dualisme
tentang manusia. Itulah sebabnya, Descartes mempunyai banyak kesulitan untuk
mengartikan pengaruh tubuh atas jiwa dan sebaliknya, pengaruh jiwa atas tubuh.
Satu kali ia mengatakan bahwa kontak antara tubuh dan jiwa berlangsung
dalam grandula pinealis ( sebuah kelenjar kecil yang letaknya
di bawah otak kecil). Akan tetapi, akhirnya pemecahn ini tidak memadai bagi
Descartes sendiri.
D. Analisa terhadap Rene
Descartes
a. Epistemologi Pemikiran
Rene Descartes
Epistemologi merupakan
pembicaraan mengenai bagaimana sebuah ilmu pengetahuan diperoleh. Dalam
perjalanannya mencari kepastian, Descartes telah menemukan metode tersendiri.
Yaitu dengan cara meragukan semua yang dapat diragukan. Kesangsian ini
dijalankan seradikal mungkin. Ia meragukan segala ilmu dan hasil-hasilnya
seperti adanya kosmos fisik, termasuk badannya, dan bahkan adanya Tuhan.
Beberapa alasan yang dikemukakan untuk mendukung keragu-raguannya ini adalah
kemungkinan kekeliruan panca indra, kemungkinan ia sedang mimpi, dan adanya
demon jahat penipu. Ia seolah-olah bersikap sebagai seoarang skeptikus. Dan,
memang pada saat itu, ajaran skeptisisme, sebagaimana dikenal dalam karya Sextus
Empirious, agak menjadi populer. Menurut Descartes, untuk dapat
memulai sesuatu yang baru, ia harus memiliki suatu pangkal pemikiran yang
pasti. Pangkal yang pasti itu dapat ditemukan lewat keragu-raguan.
Ciri utama dari filsafatnya adalah penekanan yang ia sangat menggarisbawahi
pada kenyataan bahwa satu hal kita sebagai manusia seluruhnya dapat merasa
seyakin-yakinnya, --bahkan oleh orang yang mengalami keraguan yang amat
sekalipun—adalah “keberadaan dirinya sendiri”. Cogito, Ergo sum ( I
think, therfore I am ). Seluruh sistem filsafatnya disusun untuk
menghindarkan atau menjauhkan diri dari sifat ragu-ragu yang ditimbulkan dari
dirinya sendiri. Sistem filsafatnya dipersembahkan untuk menguji bagaimana
sesungguhnya seseorang dapat memahami segala apa yang ada di luar dirinya (outside);
bagaimana membangun kembali fondasi yang kokoh untuk sebuah keyakinann yang
dapat dipertanggungjawabkan tentang hal-hal yang ada pada dunia di luar fondasi
yang kokoh untuk kepercayaan terhadap adanya Tuhan. Dia juga menunut bahwa
kepercayaan kita sesungguhnya dimulai dari –seperti yang biasa berjaln dalam
sistem berfikir deduktif dalam wilayah matematika—dari premis-premis aksiomatik
tertentu, yang secara intuitif bersifat “pasti”, dan dari sana secara
perlahan-lahan –lewat pengambilan kesimpulan deduktif-- ke arah
kesimpulan-kesimpuln yang dapat dibuktikan secara meyakinkan dan kokoh.
b. Ontologi Rene
Descartes ( substansi-atribut-modus)
Descartes telah mencari hakikat sesuatu, akan tetapi agar hakikat segala
sesuatu dapat ditentukan dipergunakan pengertian-pengertian tertentu, yaitu
substansi, atribu atau sifat dasar, dan modus.
Yang disebut substansi adalah apa yang berada sedemikian rupa, sehingga
tidak memerlukan sesuatu yang lain untuk berada. Substansi yang dipkirkan
seperti itusebenarnya hanya ada satu yaitu Tuhan. Segala sesuatu yang lain
hanay dapat dipikirkan sebagai berada dengan pertolongan tuhan. Jadi
sebutan substansi sebenarnya tidak dapat dngan cara yang sama diberikan Tuhan
dan kepada hal-hal lain. Hal-hal bendawi dan rohani yang diciptakan memang
dapat juga dimasukkan ke dalam pengertian substansi itu, dan dalam prakteknya
Descartes memasukkan jiwa dan materi dalam pengertian substansi juga.
Yang disebut atribut adalah sifat asasi. Tiap substansi memiliki sifat
asasinya sendiri, yang menentukan hakikat substansi itu. Sifat asasi ini mutlak
perludan tidak dapat ditiadakan. Sifat asasi ini adanya diadakan oleh segala
sifat yang lain.
Yang diebut modus (jamak dari modi) adalah segala sifat substansi yang
tidak mutlak perlu dan yang dapat berubah.
Jelas dan teranglah sekarang bahwa segala substansi bendawi memiliki sebagai
atribut atau sifat asasi; keluasan, dan memiliki sebagai modi; bentuk dan
besarnya yang lahiriyah serta gerak dan perhentiannya. Dengan demikian segala
benda tidk memiliki ketentuanyng kualitatif, yang menunjukkan kualitas atau
mutunya. Seluruh realitas bendawi dihisabkan kedalam kuantitas atau bilangan.
Oleh karena itu segala hal yang bersifat bendawi pada hakikatnya adalah sama.
Perbedaan-perbedaannya bukan mewujudkan hal yang asai, melainkan hanya tambahan
saja.
Jelas juga bahwa roh dan jiwa memiliki sebagai sifat asasi; pemikiran, dam
memiliki sebagai modinya; pikiran-pikiran individual,gagasan-gagasan dan
gejala-gejala kesadaran yang lain. Roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan
benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan.
Roh dapat dipikirkan dengan jelasdan terpilah-pilah,tanpa memerlukan sifat
asasi benda. Oleh karena itu secara apriori tiada kemungkinan yang satu
mepengaruhi yang lain, sekalipun dalam praktek tamak ada pengaruhnya.
BAB III
KESIMPULAN
Rene Decartes
merupakan tokoh filsafat yang menganut paham rasinalisme yang menganggap bahwa
akal adalah alat terpenting untuk memeperoleh pengetahuan. Dan menganggap bahwa
pengetahuan indra dianggap sering menyesatkan. Lahir tahun 1596 M dan meninggal
tahun 1650 M. Ia adalah anak ketiga dari seorang anggota parlemen inggris.
Merupakan orang yang taat mengerjakan ibadah menurut ajaran Katholik, tetapi
beliau juga menganut bid’ah-bid’ah Galileo yang pada waktu itu masih ditentang
oleh tokoh-tokoh gereja. Belajar di College Des Jesuites La Fleche dari tahun
1604 – 1612 M. Beliau memperoleh pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin
dan Yunani, bahasa Perancis, musik dan akting. Disamping beliau juga belajar
tentang filsafat, matematika, fisika, dan logika. Bahkan, beliau mendapat
pengetahuan tentang logika Aristoteles, etika Nichomacus, astronomi, dan ajaran
metafisika dari filsafat Thomas Aquinas. Dalam pendidikannya Descartes
merasakan beberapa kebingungan dalam memahami berbagai aliran dalam filafat yang
saling berlawanan. Dan pernah masuk tantara Belanda dan Bavaria. Dan akhirnya
ia meninggal di Swedia tahun 1650 M setelah menerima panggilan Ratu Christine
yang ingin belajar kepada dirinya.
Dalam pernyataanyang ia katakan Cogito ergo sum, ia menyatakan
bahwa sumber keyakinan itu berasal dari keragu-raguan. Maka dari itu dalam
epistemologinya Descartes dengan menggunakan metode analitis dan dengan
pendekatan filsafat rasional yang mendahulukan akal ia mengatakan bahwa “ aku
berfikir maka aku ada”. Dimulai dengan meragukan apa yang ada, segalanya, akan
tetapi ia tidak dapat memungkiri bahwa dirinya yag sedang berfikitr tidak dapat
diragukan. Maka dia mengatakan aku berfikir, maka aku ada.
Dalam ontologinya Descartes juga mengatakan bahwa agar hakikat segala sesuatu
dapat ditentukan dipergunakan pengertian-pengertian tertentu, yaitu substansi,
atribut atau sifat dasar, dan modus. Subtansi merupakan apa yang berada
sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan sesuatu yang lain untuk berada ,yaitu
Tuhan. Atribut adalah sifat asasi mutlak perlu dan tidak dapat ditiadakan,yaitu
pemikiran. Pemikiran adalah perbuatan jiwa berdasarkan hakekatnya sendiri,
bebas dari pada tubuh. Sedangkan modus adalah sifat-sifat substansi yang tidak
mutlak perlu dan yang dapat diubah-ubah,yaitu pikiran- pikiran
individual. Dengan itu ia mengatak jelas bahwa roh dan jiwa memiliki
sebagai sifat asasi; pemikiran, dam memiliki sebagai modinya; pikiran-pikiran
individual,gagasan-gagasan dan gejala-gejala kesadaran yang lain. Roh pada jiwa
pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang
asasi benda adalah keluasan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Zubaedi. Filsafat Barat; Dari logika baru Rene Descartes hingga
Revolusi Sains ala Thomas Khun. 2010. Yogyakarta: Arruzz Media.
2. Sudarsono. Ilmu Filsafat; suatu pengantar. 2008. Jakarta:
Rineka Cipta.
3. Bertebs , K. ,. Ringkasan Sejarah Filsafat, 1975.
Yogyakarta: Kanisius.
4. Bakker, Anton., Metode-Metode Filsafat. 1986.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
5. Abdullah, Amin. 2006. Islamic
Studies di Perguruan Tinggi,Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
6. Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum.1990.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
7. Russell, Bertnand. Sejarah Filsafat Barat. 2002.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
8. At ang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum; dari Metodologi
sampai Teofilosofi. . 2008. Bandung: Pustaka Setia.